Marilyn Monroe: Pernikahan Dan Kehidupan Pribadi

by Jhon Lennon 49 views

Hey guys, let's dive into the life of a true icon, Marilyn Monroe! A lot of you are curious, "Apakah Marilyn Monroe sudah menikah?" The answer is a resounding YES, and in fact, she was married three times! Her romantic life was as captivating and, at times, as tumultuous as her legendary film career. It's fascinating to look back at these unions, each one offering a glimpse into the complex woman behind the Hollywood glamour. We're going to unpack her marriages, explore the dynamics, and see how they fit into the larger narrative of her life. So, grab your popcorn, and let's get started on this deep dive into Marilyn's heart.

Pernikahan Pertama: James Dougherty

Marilyn Monroe, atau Norma Jeane Mortenson saat itu, melangsungkan pernikahan pertamanya pada tanggal 19 Juni 1942, di usia yang sangat muda, 16 tahun. Suaminya adalah James Dougherty, tetangga mereka yang berusia 21 tahun. Pernikahan ini terjadi saat Perang Dunia II sedang berkecamuk, dan Norma Jeane merasa bahwa pernikahan adalah cara terbaik untuk menghindari kembali ke panti asuhan setelah ayah tirinya yang tidak hadir secara emosional, dan ibu kandungnya yang berjuang dengan masalah kesehatan mental, terus-menerus keluar masuk dalam hidupnya. James Dougherty sendiri menggambarkan pernikahan mereka sebagai hubungan yang penuh kasih, meskipun dia mengakui bahwa dia tidak sepenuhnya siap untuk pernikahan di usia semuda itu. Mereka hanya tinggal bersama selama sekitar satu tahun sebelum James bergabung dengan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk bertugas dalam Perang Dunia II. Selama masa dinasnya, Norma Jeane pindah ke California Utara untuk bekerja di sebuah pabrik amunisi. Di sinilah, saat dia sedang bekerja, seorang fotografer angkatan udara menemukan bakatnya dan mendorongnya untuk memulai karier di dunia modeling. Perusahaan tempat dia bekerja memproduksi parasut untuk pesawat pengebom B-17, dan foto-fotonya yang muncul di majalah Yank meningkatkan kesadaran akan kehadirannya dan memicu langkah pertamanya menuju ketenaran. James Dougherty, dalam wawancara di kemudian hari, menyatakan bahwa dia tidak pernah melihat Marilyn berubah menjadi bintang film yang kita kenal, karena pada saat itu dia hanyalah seorang gadis muda yang berusaha menemukan jalannya. Dia juga mengakui bahwa selama masa perpisahan mereka, Norma Jeane mulai mengejar impiannya di Hollywood, yang pada akhirnya menyebabkan perpisahan mereka. Pernikahan tersebut dibatalkan pada tahun 1946, setelah Norma Jeane menandatangani kontrak pertamanya dengan studio film. Meskipun pernikahan ini mungkin tampak seperti sebuah langkah pragmatis di awal, pernikahan ini secara tidak langsung membuka pintu bagi Norma Jeane untuk mengeksplorasi potensinya di luar batas-batas kehidupan yang dia kenal. Ini adalah fondasi awal yang, meskipun singkat, menandai babak penting dalam perjalanan hidupnya, dari Norma Jeane menjadi Marilyn Monroe. James Dougherty melanjutkan hidupnya, menikah lagi dan menjadi seorang perwira polisi, namun dia tidak pernah melupakan mantan istrinya yang menjadi ikon global. Kisah pernikahan pertama Marilyn ini seringkali terlewatkan, tetapi ini adalah bagian penting dari narasi hidupnya yang kompleks.

Pernikahan Kedua: Joe DiMaggio

Pernikahan kedua Marilyn Monroe adalah dengan legenda bisbol, Joe DiMaggio, yang berlangsung pada tanggal 14 Januari 1954. Hubungan mereka adalah perpaduan antara dua dunia yang sangat berbeda: Hollywood yang gemerlap dan dunia olahraga Amerika yang ikonik. DiMaggio, yang dikenal sebagai "The Yankee Clipper", adalah sosok yang pendiam, pribadi, dan sangat protektif, sementara Monroe adalah bintang yang terus-menerus menjadi sorotan publik. Pernikahan ini menarik perhatian media yang luar biasa, menjadi salah satu acara paling banyak diliput pada masanya. Namun, di balik kemegahan dan sorotan publik, pernikahan ini dilanda masalah. Perbedaan kepribadian mereka menjadi sangat jelas. DiMaggio tidak nyaman dengan ketenaran Monroe dan perhatian konstan yang dia terima, terutama adegan ikonik di mana roknya tertiup angin saat syuting film The Seven Year Itch. Sifat protektif DiMaggio berubah menjadi posesif, dan dia seringkali merasa tidak mampu melindungi Monroe dari perhatian publik yang intens, yang pada gilirannya memicu ketidakamanan Monroe. Monroe sendiri berjuang dengan kecemasan, depresi, dan ketergantungan pada obat resep, masalah yang dia bawa sepanjang hidupnya dan yang seringkali diperburuk oleh tekanan dari hubungannya. Pernikahan itu hanya bertahan 274 hari. DiMaggio, meskipun sangat mencintai Monroe, tidak dapat mengatasi gaya hidupnya yang terbuka dan tuntutan industri hiburan. Ada laporan tentang pertengkaran hebat, dan Monroe mengajukan gugatan cerai pada bulan September 1954. Meskipun pernikahan mereka singkat dan berakhir pahit, ada catatan bahwa DiMaggio sangat peduli pada Monroe bahkan setelah mereka berpisah. Dia dilaporkan menjadi salah satu dari sedikit orang yang hadir di pemakaman Monroe dan secara teratur mengirimkan bunga mawar ke makamnya selama bertahun-tahun. Kisah cinta mereka, meskipun tragis, adalah salah satu yang paling banyak dibicarakan dalam sejarah Hollywood, menyoroti bentrokan antara kehidupan pribadi seorang bintang dan tuntutan ketenaran global. Ini adalah pernikahan yang menunjukkan betapa sulitnya bagi dua individu yang berada di bawah sorotan publik yang intens untuk mempertahankan hubungan yang stabil dan sehat. Ketidakcocokan mereka dalam menghadapi ketenaran dan media akhirnya menjadi tembok yang tidak dapat mereka runtuhkan, meskipun ada cinta yang mendalam di antara mereka. Pernikahan ini menjadi simbol dari perjuangan Monroe untuk menemukan cinta dan stabilitas di tengah badai ketenaran yang tak henti-hentinya.

Pernikahan Ketiga: Arthur Miller

Pernikahan ketiga dan terakhir Marilyn Monroe adalah dengan dramawan terkenal Amerika, Arthur Miller, pada tanggal 29 Juni 1956. Pernikahan ini dilihat sebagai penyatuan dua ikon budaya: bintang film terbesar di dunia dan salah satu penulis paling dihormati di zamannya. Berbeda dengan pernikahan sebelumnya, pernikahan dengan Miller tampak lebih didasarkan pada kesamaan intelektual dan minat bersama. Monroe tertarik pada kecerdasan Miller, dan Miller tertarik pada kerentanan dan kepintaran Monroe yang sering disalahpahami. Mereka bertemu ketika Miller sedang diwawancarai untuk film yang dibintanginya, dan percikan pun langsung terjadi. Pernikahan ini adalah sebuah pernyataan. Miller, yang dikenal karena pandangan politiknya yang progresif, menghadapi penyelidikan dari Komite Aktivitas Anti-Amerika House (HUAC) karena hubungannya dengan orang-orang yang diduga komunis. Monroe, meskipun berisiko, berdiri di sampingnya dan menolak untuk bersaksi melawannya, sebuah tindakan keberanian yang menunjukkan kesetiaan dan dukungannya yang mendalam. Pernikahan ini juga menandai periode di mana Monroe berusaha untuk lebih serius diakui sebagai seorang aktris. Dia mendirikan Marilyn Monroe Productions (MMP) bersama fotografer Milton Greene, sebuah langkah yang menunjukkan ambisinya untuk mengontrol kariernya dan mengejar peran yang lebih menantang. Pernikahan ini, bagaimanapun, tidak lepas dari gejolak. Perjuangan Monroe dengan kesehatan mental, kecanduan obat-obatan, dan kesulitan dalam kehamilan (dia mengalami keguguran beberapa kali) memberikan tekanan besar pada hubungan mereka. Miller sendiri berjuang dengan depresi. Hubungan mereka penuh dengan pasang surut, intensitas emosional, dan momen-momen kreativitas bersama. Namun, pada akhirnya, perbedaan fundamental dan tekanan yang terus-menerus terbukti terlalu berat. Mereka mengajukan gugatan cerai pada tahun 1961, yang diselesaikan pada bulan Januari tahun itu. Meskipun pernikahan mereka berakhir, keduanya terus saling menghormati. Miller bahkan menulis tentang Monroe dalam esainya yang menyentuh, "The Last Happy Time," yang menggambarkan kasih sayang dan rasa sakit yang dia rasakan terhadapnya. Pernikahan dengan Arthur Miller adalah babak yang kompleks dalam kehidupan Monroe, ditandai dengan cinta, dukungan intelektual, pengorbanan pribadi, dan akhirnya, kesedihan. Ini adalah pernikahan yang menunjukkan upaya Monroe untuk mencari pasangan yang memahami dan menghargai kecerdasannya, sekaligus menghadapi perjuangan pribadinya yang mendalam. Ini adalah salah satu hubungan terakhirnya yang signifikan sebelum kematiannya yang tragis pada tahun 1962.

Kehidupan Pribadi dan Hubungan

Di luar tiga pernikahannya yang tercatat secara resmi, kehidupan pribadi Marilyn Monroe adalah subjek dari banyak spekulasi, rumor, dan kisah cinta yang tak terhitung jumlahnya. Siapa lagi yang pernah dekat dengan Marilyn Monroe? Pertanyaan ini sering muncul karena citra publiknya sebagai seorang wanita yang sangat dicari dan mendambakan cinta sejati. Dia memiliki hubungan yang dekat dan seringkali kontroversial dengan banyak pria terkenal dalam hidupnya. Salah satu hubungan yang paling banyak dibicarakan dan paling misterius adalah kedekatannya dengan presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, dan saudara laki-lakinya, Robert F. Kennedy (yang saat itu menjabat sebagai Jaksa Agung). Spekulasi tentang hubungan romantis antara Monroe dan JFK telah beredar selama bertahun-tahun, diperkuat oleh kesaksian dari orang-orang di lingkaran mereka dan oleh fakta bahwa Monroe tampaknya memiliki hubungan pribadi dengan kedua saudara tersebut. Kedekatan Monroe dengan kedua tokoh politik paling kuat di Amerika pada saat itu menimbulkan banyak pertanyaan tentang dinamika kekuasaan, potensi kerahasiaan, dan dampaknya terhadap karier dan kehidupan pribadi Monroe. Ada banyak teori tentang sifat sebenarnya dari hubungan ini, mulai dari perselingkuhan ringan hingga hubungan yang lebih dalam dan lebih rumit. Kisah Marilyn Monroe dan para Kennedy tetap menjadi salah satu teka-teki paling menarik dan tragis dalam sejarah Amerika modern, seringkali menjadi bahan dalam film, buku, dan dokumenter. Selain itu, Monroe juga memiliki hubungan yang dekat dengan beberapa tokoh lain, termasuk penulis Truman Capote, yang merupakan teman dekatnya dan salah satu orang pertama yang dia hubungi saat mengalami masa sulit. Dia juga memiliki hubungan persahabatan yang erat dengan Natasha Lytess, seorang pelatih aktingnya, dan Pat Newcomb, seorang asisten pribadi. Hubungan-hubungan ini, baik romantis maupun platonis, menunjukkan sisi Monroe yang mendambakan koneksi dan dukungan emosional. Dia dikenal memiliki lingkaran pertemanan yang kecil namun setia, dan dia sangat menghargai orang-orang yang bisa melihat melampaui persona "Marilyn Monroe" dan terhubung dengan Norma Jeane. Perjuangan Monroe dengan kesehatan mental dan ketergantungan pada obat-obatan seringkali membayangi hubungannya, membuatnya sulit untuk mempertahankan stabilitas. Tekanan dari ketenaran global, ditambah dengan kerentanan pribadinya, menciptakan badai sempurna yang memengaruhi setiap aspek kehidupannya, termasuk hubungannya. Kisah hidupnya, termasuk hubungan pribadinya yang kompleks, terus memikat kita karena mengungkapkan sisi manusiawi dari seorang wanita yang seringkali hanya dilihat sebagai simbol seks. Ini adalah pengingat bahwa di balik glamor Hollywood, ada individu yang berjuang dengan cinta, kehilangan, dan pencarian identitas.

Warisan dan Dampak

Warisan Marilyn Monroe jauh melampaui karier aktingnya yang gemilang dan pernikahan-pernikahannya yang terkenal. Marilyn Monroe telah menikah tiga kali secara resmi, tetapi dampaknya pada budaya populer, feminisme, dan citra wanita jauh lebih luas daripada sekadar status perkawinannya. Dia menjadi simbol seks yang tak tertandingi di masanya, memikat penonton di seluruh dunia dengan pesonanya, suaranya yang khas, dan penampilannya yang tak terlupakan di film-film seperti Some Like It Hot, Gentlemen Prefer Blondes, dan The Seven Year Itch. Namun, ada banyak orang yang melihat melampaui citra seks simbol tersebut, menemukan seorang wanita cerdas, ambisius, dan kompleks yang berjuang melawan stereotip Hollywood dan masalah pribadi yang mendalam. Monroe adalah pelopor dalam banyak hal. Dia adalah salah satu aktris pertama yang mendirikan perusahaannya sendiri, Marilyn Monroe Productions (MMP), yang memberinya kontrol lebih besar atas pemilihan peran dan penampilannya. Langkah ini merupakan pernyataan yang berani di industri yang didominasi oleh pria, menunjukkan keinginannya untuk menjadi lebih dari sekadar boneka studio. Dia juga menggunakan ketenarannya untuk tujuan yang lebih besar, seperti berbicara menentang diskriminasi rasial dan mendukung gerakan hak-hak sipil. Dia menolak untuk tampil di acara-acara yang memisahkan penonton berdasarkan ras, sebuah tindakan yang berani pada tahun 1950-an. Selain itu, perjuangan Monroe dengan kesehatan mental, yang pada masanya seringkali disalahpahami dan distigmatisasi, kini dilihat dalam cahaya yang lebih modern dan penuh kasih. Dia telah menjadi semacam juru bicara de facto bagi mereka yang berjuang dengan masalah serupa, membuka percakapan tentang pentingnya kesehatan mental. Dia menunjukkan bahwa bahkan orang yang tampaknya memiliki segalanya bisa mengalami rasa sakit dan kerentanan yang mendalam. Warisannya juga terus berkembang di kalangan feminis. Meskipun dia seringkali dikategorikan sebagai ikon seks yang pasif, banyak feminis modern melihat Monroe sebagai figur yang kompleks yang menavigasi dan terkadang menantang norma-norma gender pada masanya. Cara dia menggunakan daya tarik femininnya untuk mendapatkan kekuatan dan pengaruh, serta perjuangannya untuk diakui sebagai aktris yang serius, memberikan banyak materi untuk analisis feminis. Singkatnya, Marilyn Monroe lebih dari sekadar wajah cantik di layar lebar. Dia adalah wanita yang ambisius, cerdas, dan rentan yang meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada budaya populer. Pernikahan-pernikahannya, meskipun sering menjadi fokus perhatian, hanyalah satu bagian dari mosaik kompleks dari seorang wanita yang terus menginspirasi, mempesona, dan memicu diskusi hingga hari ini. Dia adalah simbol ketenaran, kerentanan, dan kekuatan tersembunyi seorang wanita yang terus bergema kuat di seluruh dunia.